Kamis, 06 April 2017

Tapak Tilas Cianjur Gunung Padang - Cikundul

Mengexplore Cianjur Jawa Barat memang sebuah daerah yang memiliki keragaman keindahan alam yang tiada habisnya, mulai dari banyaknya Curug, Jalur Perbukitan dan pegunungan serta Tanaman kebun teh yg bak permadani di mana mana.





Kali ini team Bijak berkolaborasi dengan Team Tapak Tilas akan mengexplore Gunung Padang, yang terkenal dengan sejarah Megalitikumnya serta Cikundul yang terkenal dengan pemandian dan Makam salah satu tokoh Cianjur yang sangat di hormati.

Memulai perjalanan dengan meeting poin di Depok kami berlima memutuskan perjalanan pada pukul 22:00 Wib, dengan menggunakan sepeda motor perjalanan di lalui dengan Rute Cibinong - Warung Jambu - Ciawi - Cipanas - dan Cianjur.

Melewati perjaanan Depok hingga Cipanas bisa di katakan lancar lancar saja, dengan di iringi hujan grimis, membuat kami semua di wajibkan harus perlahan lahan di karenakan jalan yang licin dan dingin serta jalan yang menanjak saat memasuki Ciawi - Puncak Pas,

Hingga memasuki Cipanas jalanan mulai menurun dan berkelok kelok.
memasuki kota Cianjur sekitar pukul 23:30 kami singgah di warung klontong yang masih buka, untuk memesan kopi guna manghangatkan tubuh ini dari tiupan angin dan rintiknya hujan.

Sekitar pukul 24:00 kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi, saat bertemu perempatan Tugu Maenpo kita belok Kanan menuju Jl. Nasional, perjalanan dala kota Cianjur ini sudah bisa dibilang jalannya stabil, tidak ada tanjakan atau turunan yg terjal. hingga menuju Jalan Raya Sukabumi - Cianjur

Pada pukul 01:00 kami Singgah di Masjid Al Barokah tepat di sebelah kanan Jalan sebelum SPBU Warungkondang untuk melepas lelah dan bermalam di Masjid ini, di karenakan pertimbangannya setelah subuh kami memutuskan melanjutkan perjalanan yang tinggal sedikit lagi tiba di pertigaan Jalan menuju Gunung Padang.  Ternyata fasilitas di masjid ini lumayan nyaman juga loh, selain jumlah kamar mandi yg banyak tempat ini enak buat tempat istirahat, jangan lupa bawa matras atau sleeping bag ya, di karenakan terasnya tidak ada karpetnya, sehingga cukup dingin jika tidur seadanya.









Memasuki waktu Subuh, kami pun bergegas berwudhu dan sholat berjamaah, setelahnya sarapan pagi bubur ayam yg ada di pelataran parkir masjid tersebut, perjalanan di lanjutkan saat fajar menjelang, tiba di persimpangan jalan raya Sukabumi - Cianjur ada plang arah menuju Gunung Padang, dari persimpangan ini kurang lebih 20km menuju lokasi, dan dalam perjalanannya pun tidak semulus jalan cianjur kota.


Perjalanan menuju Gunung Padang ini sangat memanjakan mata dengan perbukitan yang masih hijau, dan melewati Perkebunan Teh, serta kita dapat melihat dengan jelas kokohnya Gunung Gede di kejauhan.



Gunung Padang sendiri terdapat di ketinggian 885 mdpl, dengan area sekitar 3 Ha, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.Lokasi. situs berbukit-bukit curam dan sulit dijangkau. Kompleksnya memanjang, menutupi permukaan sebuah bukit yang dibatasi oleh jejeran batu andesit besar berbentuk persegi. Situs itu dikelilingi oleh lembah-lembah yang sangat dalam. Tempat ini sebelumnya memang telah dikeramatkan oleh warga setempat. Penduduk menganggapnya sebagai tempat Prabu Siliwangi.



Ada 5 Teras di Situs Gunung Padang Ini,
Masuk ke teras 1 terdapat bukit masijid atau bukit bersujud. Seorang Pemandu menjelaskan, bukit masijid ini punya arti sebagai tempat bersujud. Masih di teras 1, terdapat 2 batu musik. Satu terletak di sebelah barat bernama Batu Bonang. Satu lagi bernama Batu Kacapi terdapat di sebelah Timur.

Di batu yang konon bisa menimbulkan alunan suara merdu jika diketuk terdapat relief seperti 4 jari.
Makna dari Batu Bonang ini berarti tidur tapi masih mengingat Tuhan. Apapun yang manusia lakukan harus mengingat pada Maha Pencipta. Lalu Batu Kacapi yang berarti singkatan Kaca dan Pi. Artinya cerminan diri. Batu Kacapi sendiri konon mempunyai 20 senar tak kasat mata. 20 senar itu menyimbolkan mengenai sifat-sifat Tuhan yang ada pada diri manusia.


Naik ke teras ke-2 terdapat Bukit Mahkota Dunia. Artinya bukan mahkota, melainkan simbol dari jiwa sosial yang saling mengasihi.

Di teras ke-3, tepatnya di sebelah timur, ada Batu Tapak Maung. Maung di sini bukan seperti dalam bahasa Sunda berarti Harimau. Melainkan Ma dan Ung, yang artinya manusia unggul.

"Kalau diperhatikan itu ada 9 cekungan tapi bukan jejak Harimau. Cekungan itu ada yang seperti bekas tapak tangan, tumit kaki, dudukan, dan tongkat. Kalau dihitung jumlahnya ada 9 cekungan,"


"Lalu siapa manusia unggul yang dimaksud? Jika dihitung itu maka 9 cekungan itu berkaitan dengan Wali Songo, para penyebar agama Islam di Indonesia," ujarnya.

Konon, 'manusia unggul' yang pernah duduk di sana‎ sampai meninggalkan bekas itu adalah Prabu Siliwangi.

Masih di teras ke-3. Di sini juga terdapat batu berukiran Kujang, senjata khas Sunda. Kata kujang berasal dari kata ku dan ujang. Maksudnya kamu pegang, jalankan, telusuri apa makna Gunung Padang.






Di teras ke-4, terdapat Batu Kanuragaan. Konon, batu yang bisa diangkat ini dapat mewujudkan keinginan siapa saja yang bisa mengangkatnya. Namun, ini hanya Mitos yg justru menyesatkan.

Batu Kanuragaan punya makna batu penguji. Di sini adalah ujian terakhir bagi siapa saja yang melakukan spiritual sebelum mencapat level pamungkas di teras ke-5. Di mana di teras yang permukaan tanahnya lebih tinggi itu terdapat Batu Singgasana Raja‎ dan Batu Pendaringan.

Batu Singgahsana Raja ini adalah level terakhir sebagai tempat perenungan dari teras 1 sampai teras 5 "Di sini dulu tempat bersemedi Sunan Ambu dan Sunan Rama," katanya.



Jadi pada intinya, punden berundak dengan 5 teras ini mempunyai simbol sebagai level atau tahapan-tahapan yang harus dilalui. Bahwa apapun yang diinginkan manusia tak bisa instan. Semua harus ada proses.

Demikian kisah di balik Gunung Padang,
Siang hari menjelang, kami melanjutkan perjalanan menuju lokasi berikutnya yaitu ke cikundul.

Perjalanan menuju Cikundul kurang lebih sekitar 2 jam, melalui Cianjur Kota  - Cikalong
Cikundul sendiri di kenal sebagai kawasan keramat di mana lokasi ini terdapat pemandian dan makam Aria Wiratanudatar beliau adalah Eang Dalem Pendiri kabupaten Cianjur beliau sendiri bernama asli Jayasasana.

Raden Jayasasana adalah putra Raden Aria Wangsa Goparana. Berdasarkan silsilah, Raden  Aria Wangsa Goparana merupakan anak dari Sunan Ciburang yang merupakan raja dari Kerajaan Talaga. Sunan Ciburang merupakan anak dari Sunan Wanaperih anak dari Sunan Parung Gangsa anak dari Pucuk Umum anak dari Munding Sari Leutik anak dari Munding Sari. Munding Sari merupakan salah satu anak dari Prabu Siliwangi yang ketika runtuhnya Pajajaran pada tahun 1579 kabur ke daerah Talaga di suku gunung Cereme.



Jadi menurut silsilah, Raden Jayasasana merupakan masih keturunan dari Prabu Siliwangi. Raden Aria Wangsa Goparana yang merupakan ayah dari Raden Jayasasana bersama saudaranya yang bernama Panembahan Giri Laya merupakan generasi pertama dari Munding Sari yang masuk Islam dan menjadi ulama besar serta memiliki pesantren di wilayah Sagalaherang.
Karena Raden Aria Wangsa Goparana masuk islam, maka ia diusir dari Talaga dan kemudian berkelana dan sampailah ke Kampung Nangkabeurit yang sekarang masuk ke wilayah Kecamatan Sagaraherang Kabupaten Subang. Selain itu lokasi tersebut terdapat juga kolam pemandian yang di yakini sebagai tempat keramat.

Waktu menjelang sore kami pun memutuskan untuk kembali ke rumah, dengan melewati Jonggol, Cileungsi dan saya pun berpisah di Flyover Cileungsi untukmelanjtkan perjalanan menuju rumah masing masing.

demikian perjalanan Tapak tilas ini kami jalani, semata mata untuk menguak budaya dan kearifan wilayah tersebut. untuk itu marilah kita jaga dan kita hormati agar anak cucu kita pun dapat menikmatinya juga.

Wasalam
Salam Bijak



Senin, 28 Desember 2015

Gunung Batu Jonggol, Si Imut nan lancip

 Salam Bijak,

Kali ini saya akan berbagi pengalaman mengenai Gunung Batu, untuk lokasinya sendiri tidak terlalu jauh dari Bogor , Bekasi, Maupun Jakarta. untuk durasi waktu pun tidak terlalu memakan waktu cukup dengan oneday trip gunung batu dapat kita kunjungi, tetapi tanpa mengurangi standar keselamatan pendakian ya.



Untuk ketinggian gunung batu sendiri bisa di katakan tidak terlalu tinggi karena berdasarkan informasi hanya ketinggian 875mdpl, namun jangan di remehkan, karena pada pertengahan tahun 2015 tepatnya pada bulan Mei, Gunung ini telah memakan korban seorang pendaki.

Menurut informasi yang saya dapatkan dari warga setempat sebenarnya Gunung Batu ada 3, dan yang lebih populer untuk pendakian ada di Gunung Batu 1.

Untuk menuju kelokasi dapat di tempuh dengan beberapa jalur alternatif diantaranya
Dari arah Bekasi teman teman berpatokan pada arah flyover cileungsi / perempatan Cileungsi
Dari arah Jakarta yang menggunakan kendaraan Motor bisa ambil arah jalan raya Cibubur dan mengarah ke flyover cileungsi / perempatan Cileungsi
Dari arah  Bogor bisa melalui Citereup mengarah ke flyover cileungsi / perempatan Cileungsi

Dari flyover Cileungsi / Perempatan Cileungsi teman teman bisa mengambil jalur menuju perumahan Citra Indah yang melewati depan lokasi wisata Mekarsari, setelah tiba di Citra Indah perjalanan masih di lanjutkan dan akan setelah Citra Indah akan ketemu pertigaan pertama lurus terus, setelahnya akan ketemu lagi pertigaan, lalu kita belok kanan ambil arah cariu



lalu ikuti jalan terus hingga ada petunjuk jalan ambil ke arah Gn.Batu 1,2


 
Dari sini kita akan menemukan jalan jalan berkelok naik dan turun dan di suguhkan pemandangan yang menyejukan dengan banyaknya perkebunan, persawahan, serta daerah perbukitan yang asih asri,

Untuk gerbang masuk terdapat di sebelah kiri jalan, kita dapat menitipkan sepeda motor di tempat tersebut dengan biaya parkir 15.000/Motor

Setelahnya perjalanan di mulai hingga kita menemukan beberapa warung warga setempat, dan kita akan di kenakan biaya masuk sebesar 5000/orang.



Untuk Starting perjalanan awal tidak terlalu berat karena kita melewati jalur tanah, namun terus menanjak.

 

Tidak ada penandaan khusus untuk Pos pos yang kita lalui, namun terdapat beberapa tulisan yang tetap mengingatkan kita agar tetap fokus serta berhati hati.

Untuk teman teman yang ingin mendirikan tenda disinilah tempat idealnya, dengan kondisi ruang yang lapang dan berada pada setengah dari ketinggian Gunung Batu



dan setelah dari lokasi ini jalur menanjak pun di mulai, dengan banyak bebatuan yang suatu saat bisa menimpa kita, tapi tidak perlu kawatir karena sepanjang jalur pendakian banyak sekali tali tambang atau pun tali webing yang siap mendampingi kita untuk keselamatan.

 

 Pendakian kita sedikit lagi tiba, dan pemandangan sekitar pun sudah mulai memikat hati



Tiba lah kita di Puncak Batu, yang di tandai dengan bendera yang terpasang di puncaknya.



Di Puncak juga terdapat monument korban pada bulan Mai 2015 lalu yang menunggal akibat tergeluncir, kita doakan semoga almarhum mendapatkan tempat yang lebih mulia. amin

FYI : Untuk menuju Puncak Batu jangan lupa bawa Semprotan anti serangga ya, karena bila pagi hari lumayan banyak semut terbangnya. serta jangan membawa air yang cukut, karena di jalur pendakian tidak ada sumber airnya.
saya sarankan lebih baik menggunakan kendaraan pribadi untuk menuju lokasi, karena jalanannya pun sudah mulai di aspal, karena bila naik angkutan umum lumayan naik turun juga lo.

Oh ya, setelah mengunjungi Gunung Batu 1 jangan lupa mengunjungi Gunung Batu 2 ya, karena di sana ada Curug yang tidak kalah indahnya, untuk lokasi tidak terlalu jauh dari Gunung Batu 1, cukup 10 menit curug dapat kita sambangi. siapkan juga bayar parkir 10.000/motor, dan tiket masuk 5000 untuk 2 orang. disini terdapat curug 7 yang bisa kita sambangi dengan kesulitan yang berbeda beda.



Udah segitu dulu aja ya guys, tetap jaga kebersihan, keselamatan, dan kesetia kawanan.
SALAM LESTARI NEGRIGKU




















Kamis, 13 Agustus 2015

GUNUNG SALAK PUNCAK 1 VIA CIMELATI

GUNUNG SALAK PUNCAK 1 VIA CIMELATI
SALAK NGESELIN, TAPI NGANGENIN

Salam Bijak,


Kali ini di tengah kesuntukan dan kebisingan ibu kota, team bijak kali ini di motori oleh (Arif, Adi Zubed, Sukma, dan kake ), merencanakan trip ke Gunung Salak, sebelum kita bahas jalur pendakian gunung salak mari kita bahas sedikit informasi mengenai keadaan Gunung Salak Tersebut, menurut informasi yang saya dapatkan dari beberapa sumber Gunung salak memiliki beberapa puncak, dan yang paling popular untuk jalur pendakian adalah puncak salak 1 dan puncak salak 2, Puncak salak 1 memiliki ketinggian 2211 mdpl, di lokasi juga terdapat makam Mbah Salak, Gunung salak sendiri mengalami erupsi terakhir kali pada tahun 1938, penamaan Gunung salak sendiri sebenarnya bukan berasal dari Buah Salak melainkan, “SALAK” berasal dri bahasa sangsekerta yaitu SALAKA yang berarti perak, selain itu menurut warga sekitar Gunung Salak adalah tempat suci di mana  tempat lahir Prabu Siliwangi Pendiri kerajaan pajajaran, selain pendaki tidak jarang juga kita akan menemui pejiarah. Untuk kondisi alam di gunung salak tidak dapat di prediksi, pada alawnya panas, namun tiba tiba hujan dapat turun, dan terkadang kabut tebal pun datang tiba tiba. untuk kontur jalur pendakian kita akan menemukan jalur tanah yang lembab serta akar akar yang licin, untuk itu alas kaki sangat lah penting, sebisa mungkin gunakan sepatu tracking dan jangan menggunakan sandal.

Baik saatnya kita membahas jalur pendakian Gunung salak 1,
Meeting point di Stasiun Bogor, namun karena team juga menghubungi salah satu rekan yg bernama Imet si Pendaki Bogor maka meeting point di ubah di lokasi rumah beliau yang terdapat di jalan Layung Sari 1, setibanya team di tempat tersebut maka kita putuskan pendakian kali ini melalui jalur Cimelati, jalur ini jalur yang tak kenal kata Landai / menurun, karena sejak awal pendakian hingga ke puncak terus menanjak dengan kondisi yang berbeda beda .

Sebelum mulai pendakian rekan kami pendaki bogor menyempatkan diri mengunjungi komunitas Subuh Kesiangan yang di punggawai Kang Uwa yang bias dibilang mereka adalah yg mengetahui jalur cimelati yang terdapat di cicurug,  setibanya di sana kita malah di manjakan dengan menu nasi liwet plus ikan teri, dan Ikan bakar, alhasil perut ini terasa nikmat dan malas bergerak, 

Basecamp Kang Uwa

View Gede Pangrango dari puncak Salak 1

tidak terasa waktu pun bergulir setelah menunaikan sholat dzuhur kami pun berpamitan dengan kang Uwa, dan kang uwa pun memutuskan temannya yang dipanggil Ewo untuk menemani pendakian kami, tiba di Cimelati kami menitipkan motor di Villa rekannya Ewo, setelah packing ulang perjalanan nya pun di mulai pada pukul 14:30 wib, 


 setelah melewati perkebunan pendakian di mulai dengan jalur tanah yang terdapat dikanan kiri beberapa pohon Kapuk, pohon bamboo dan ain lain dengan jalur yang tidak terlalu menanjak menuju Pos 1, perlu di ketahui untuk jalur cimelati ini terdapat 6 pos yang harus di lalui sebelum menuju Puncak, dan sumber air hanya terdapat di Jalur 3. Setelah melalui jalur tanah serta berbatu barulah tiba di Pos 1, kami memutuskan untuk beristirahat sejenak.






 Setelah beberapa menit perjalanan di mulai kembali dengan target Pos 2 dan Pos 3, jalur menuju Pos 2 di mulailahjalur jyang terdapat banyak akar pohon yang licin, serta jalur pendakian yang banyak menguras tenaga, di tengah keheningan suasana hutan kita akan banyak menemukan suara suara burung dan beberapa binatang di tengah hutan, tiba di Pos 2 perjalanan di lanjutkan menuju Pos 3, dengan target tiba di Pos tiga untuk sekedar ngopi dan makan makan, serta mempersiapkan stok air, karena inilah pos terakhir kita akan menemukan air, jalur Pos 2 menuju Ke pos 3 bisa di bilang jalurnya bertambah berat, selain kondii fisik kita yang mulai terkuras jalur pendakiannya pun lebih berat dari yang sebelumnya. Tiba di Pos 3 tepat waktu Ashar sekitar pukul 15:30 dan untuk waktu tempuh yang kami alami dari starting awal menuju Pos 3 sekitar 2 Jam, Di pos 3 ini rekan kami pendaki bogor mulai meracik logistiknya selain itu kami sempatkan untuk Sholat menstok persedianan air, hidangan pun tersaji, mulailah menyantap makanan dengan penuh kebersamaan, 






tidak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 17:00 wib, menurut ewo kami harus menyiapkan fisik yang lebih baik lagi, karena inilah jalur pendakian Gunung Salak yang sesungguhnya, Pos 3 hingga ke puncak adalah jalur yang terberat, “Jalur yang terberat??” fikir saya yang Pos 1 hingga Pos  3 saja sudah bias di bilang berat, ternyata masih ada jalur yang lebih berat lagi, kalo menurut Sukma saat Pos 3 menuju Puncak kita akan banyak mencium dengkul. “What???”  maksudnya saking menanjaknya maka langkah kaki kita akan sering ketemu antar dengkul dan bibir.

Baiklah, dengan mengucap bismillah di mulailah pendakian tersebut, alhasil benar saja ini lah jalur terkumplit, akar pohon licin, sedikit bebatuan untuk tumpuan dan udara yang terkadang berubah seketika, dari Pos 3 ke Pos 4 adalah jalur yang terpanjang di antara Pos Pos lainnya, untuk itu kami memutuskan beristirahat di tengah perjalanan Pos 3 menuju Pos 4, tibalah keheningan malam datang, dan kamipun di sambut dengan deraian sedikit hujan yang datang tiba tiba, perjalanan di lanjutkan dengan track yang semakin menanjak, sehingga perjalanan ini sangat melelahkan. Setibanya di Pos 4 istirahat sejenak, dengan sedikit menyeduh kopi, makan roti dan mie instant. Walaupun menu alakadarnya inilah rasa syukur yang datang di saat badan terasa lelah. Semakin mendekatkan diri ini kepada sang pencipta, bahwasannya kita ini sangatlah kecil, dan masih banyak ciptaan ciptaan Alloh yang sangat besar seperti Gunung ini yang sagat berat untuk di daki, untuk itu tidak pantaslah kita sebagai manusia ini terlalu sombong.




Perjalanan dilanjutkan dengan target langsung menuju Pos 6, menapaki langkah demi langkah pandakian pun berlanjut, selain jalurnya licin di sepanjang jalan pun banyak binatang Pacet yang sewaktu waktu dapat menempel di bagian tubuh kita yang tanpa kita sadari akan mengisap darah kita. Dan benar saja team kami dari Pendaki Bogor pun terkena pacet di bagian kakinya, untuk melepasnya beliau sundutkan bara rokok agar pacetnya terlepas, untuk ini kami sarankan bagi pendaki yang ingin mendaki Gunung salak alangkah baiknya menggunakan celana Panjang (Non jeans), lengan panjang, serta sepatu tracking, tanpa terasa tibalah kami di pos 5, di tulisan papan petunjuknya ada bahasa yang membuat kami termotifasi, POS 5, CIEEE CAPE NIH YA. Ha ha ha ada ada aja yang bikin ini, tapi tanpa kita sadari inilah motifasi yang di butuhkan saat badan ini terasa lelah, tanpa beristirahat pejalanan di lanjutkan ke Pos 6, dengan target istirahat disana,

Malam semakin larut udara dingin kembali merasup, stok airpun mulai berkurang, pendakian semakin berat, kita akan banyak melewati pohon pohon Tumbang dan akar yang menjuntai yang dapat kita gunakan sebagai tumpuan, saya pun sering terpeleset karena jalurnya sangat licin.

Tiba di Pos 6, istirahat sejenak, tanpa di sadari waktu sudah menunjukan pukul 21:30, pendakian dilanjutkan dengan kemiringan yang semakin menjadi, saat inilah kita mulai menuju ke puncak, yang bila di tempuh tanpa istirahat dapat memakan waktu hingga 1 jam, dalam pendakian mata mulai ngantuk dan terasa lemas sekali, namun motifasi diri ini mengalahkan rasa lelah,  langkah demi langkah  trus kami jalani, terang bulanpun mengiringi pendakian ini, mulailah sayup sayup suara orang yang sedang bersendar gurau, berarti tidak lama lagi kita sampai di puncak salak 1, suara semakin terdengar jelas dari para pendaki yang telah sampai puncak, benar saja, puncak tepat tidak jauh lagi, tiba di puncak salak kita akan di sambut pemakaman mbah salak. Dengan mengucap syukur rasa lelah ini terbayar saat tiba di puncak, dan sudah banyak pendaki yang mendirikan tenda tenda sebelumnya, dengan saling mengucapkan selamat akhirnya kebersamaan ini yang tidak didapat dari kegiatan selain naik gunung ini   












Tiba di puncak pukul 22:30 wib, kami langsung endirikan tenda, lalu rekan yang lain memasak masakan special nasi Liwet plus ikan teri, saya pun berganti pakaian yang lebih bersih agar tidurnya nanti nyenyak, tanpa di sadari saya pun terlelap setelah ganti baju, dan pada akhirnya saya tidak makan malam, namun rekan yang lain tetap makan malam, karena saya sudah di bangunkan katanya, tapi tidurnya lagi. Waktu pun mendekati waktu subuh udara dingin semakin menjadi, yang lain terlelap namun saya erasakan kedinginan, walaupun sudah menggunakan Jaket + Sleeping bed namun udara dingin masih menusuk, mentari pun perlahan mulai terbit, inilah degradasi warna alami yang di dapatkan saat di puncak Orange ke kuning kuningan dan tepat di sebelah timur terlihat jelas Gunung Gede dan Pangrango dan berdampingan, inilah sensasi yang di dapatkan saat di puncak, rasa syukur yang tidak henti hentinya ku ucapkan untuk sang pencipta. Jalur pendakian yang berat dan memiliki kesan yang damai, inilah kenapa Gunung Salak saya sebut “Ngeselin tapi Ngangenin”.








FYI Rute menuju Jalur Cimelati dari Stasiun Bogor.
Jakarta – Bogor dengan Kereta Api / Bus
Bogor – Sukabumi, naik mobil turun di Cicurug
Cicurug – Cimelati, charter mobil / ojeg